Kamis, 03 Juni 2010

Rembang – Jepara – Semarang – Solo – Semarang – Rembang [Part 2]

Dia bangun lebih awal. Mungkin sekitar jam empat pagi. Setelah mandi dan solat Subuh, dia membangunkan aku dari tidur. Jam setengah lima lebih. Aku menguap dan masih nemplok di bantal, nggelesot di kasur. “Mas, kenapa pagi sekali, sih? Masih ngantuk “. Namun, akhirnya aku memaksa juga untuk beringsut dari pembaringan setelah berjuang keras melawan rasa kantuk yang begitu hebat.

Setelah mempersiapkan beberapa baju dan perangkatnya serta make up ala kadarnya, aku segera menyambar handuk dan menuju ke kamar mandi. Lumayan buru-buru. Setelah solat Subuh, aku merapikan diri,pake T-shirt plus cardigan hitam dan jeans. Tak lupa pula aku persiapkan MP5 dan kamera bila mungkin di tengah-tengah travelling, kami bisa menemukan moment-moment bagus untuk diabadikan.

Tepat pukul enam pagi kami berangkat dengan ransel hitam Export di punggung. Kami naik angkot yang kebetulan lewat, turun pasar Rembang. Kami masih berjalan lagi sekitar seperempat jam atau lebih untuk mencapai Taman Kartini [tentu dengan gerak yang lumayan cepat karena harus mengejar waktu - suamiku masuk kerja di saat para pegawai negeri libur]. Kurang lebih setengah tujuh, bus Sarang-Tayu berhenti di depan muka kami berdua. Kami sepakat naik bus tersebut [walau sebenarnya aku ingin menolak karena bus tersebut terkenal lemottttt - tapi mo gimana lagi, adanya bus yang langsung ke Tayu cuma itu :-(].

Perjalanan dimulai. Lamaaaaaaaa bangeeeeet...Di tengah-tengah pas sampai Kaliori, sopirnya kencing dulu lagi. GubraG!!! Sepanjang jalan menuju Juwana aku terpekur membisu [bukannya tidur, Nok? ]. Sekarang menuju Tayu. Tak banyak yang aku lihat di sana. Hanya sawah, ladang, dan beberapa rumah. Benar-benar suasana desa. Gak bisa bayangin, deh, gimana klo' malam...Jalannya sempit, nggak semulus jalan yang biasa aku lewati sehari-hari. Banyak lubang di kanan kiri. Tak banyak pula alat transportasi yang kutemui. Setelah hampir dua jam, sampai pula kami di penghujung Kota Tayu. Habis. Kami makan sebentar karena perut belum terisi sedari tadi pagi.

Trus lanjut lagi perjalanannya ke Jepara [gak bisa mengingat dengan jelas - Bangsri, mungkin]. Naik bus tiga perempat lagi. Di sepanjang jalan yang berkelok-kelok, sawah, ladang, dan hutan yang menghijau ranau membentang. Pohon karet, jati, padi...Semua terbingkai indah dalam sebuah kekuatan harmoni yang begitu luar biasa. Desiran sang bayu mengepakkan ekor rambutku. Jadi ingat waktu ikut Java News, sebuah tabloid pendidikan yang berbasis di Solo. Ingat waktu jalan-jalan cari berita ke Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, Purwokerto, dan Cilacap. Semua hijau. I do luv green .

Hmmm...lumayan jauh juga untuk mencapai kotanya. "Tenang, sebentar lagi sampai. Setengah jam ke depan". Busyet, lama juga...

Setelah menanti selama setengah jam dalam bus yang membawa kami berdua, kami belum sampai juga di tempat tujuan. Wedewwwww... "Masih berapa jam lagi, Mas?", tanyaku dengan intonasi sedikit tak sabar. Dia tertawa kecil. Akhirnya setelah dua jam perjalanan dengan bus yang super lemot, kami sampai juga di dekat Polres [lha emang mo lapor kehilangan barang? Hape lagi, tah??? ]. Cari penginapan di dekat situ, kami harus meminta tukang becak lagi untuk mengantar kami. Hfffff...Udah jam sebelas [pagi ato siang??]. Menjelang Solat Jumat. Aku nggak tau pasti, berapa ongkos yang dikeluarkan untuk perjalanan yang cukup melelahkan ini.

Setelah mengantarkan aku ke penginapan, bayar, dan meletakkan ransel di kamar, suamiku balik lagi ke arah PLTU Tanjung Jati, Jepara. Jauuuuuuuuuhhh. Kami sudah melewati jalur ke arah proyek tersebut tadi. Mpe sana jam berapa, ya?

Dia bilang mau balik dari proyek jam lima sore. Huh...di kamar aku termangu dalam sepi. Mendengarkan musik via MP5 [lagu-lagunya Jordin Sparks - I got two favorite songs, i.e. No Air and No Parade] sambil tiduran, akhirnya ketiduran juga [baca: tidur dengan tidak sengaja-Red]. Sebelumnya aku sempat jeprat-jepret "hal-hal" di sekitar sana.

Pukul setengah dua siang bangun. Lapar menyerang. Aku masih diam. Cuma makan wafer satu. Selesai solat Zuhur, aku masih bermalas-malasan di bed [sambil nyusun strategi kemana sebaiknya aku cari makan]. Kebetulan kamarku di atas. Aku melongok-longok sebentar ke bawah. Aha!!! Great!!! Di depan ada Indomaret plus warung jus. Aku turun. Setelah nitip kunci ke resepsionis, aku beringsut keluar, beli sabun, pasta gigi, air mineral 1500 ml, majalah ... Bayar ke kasir, aku tanya tempat makan yang paling dekat. Dapat juga nih! Sayur asem is still my fave cuisine hehe... Jalan lagi balik ke penginapan.

Pukul lima sore lebih dikit lah, suami datang. Mandi, magriban, keluar cari makan. Tarraaaa..We found a stall with several kinds of chinese food!! But we decided to order nasi goreng. Guess what!! It's soooo delicious! Sayang, kurang pedas dikit.

Setelah makan malam, kami jalan kaki lagi ke arah alun-alun Kota Jepara. Nongkrng-nongkrong bentar. Pukul sepuluh malam, kami balik ke penginapan. Isya sudah, kami beres-beres buat esok harinya.

Pukul lima pagi kami bangun. Mandi, subuhan, trus check out. Naik becak ke terminal [padahal deket, dientol ongkosnya!], cari bus ke arah mess suami [proyek masih 10 km lagi dari mes]. Yah...ternyata bus tersebut lewat alun-alun. Sial! Kena deh dikerjain ma tukang becak & petugas penginapan. Masuk ke arah mess, kami masih harus pake angkot lagi, kemudian jalan kaki. Lumayaaaaaaaan...olahraga! Akhirnya sampai juga.

Kenalan dengan bapak mess, mbak yang jaga mes, dan teman-teman suami, trus sarapan. Ditinggal kerja lagi duehhhh...Di mes aku cuma nonton tivi plus tiduran [eh, tidur beneran]. Tengah hari makan siang di mes pake ayam goreng plus tumis kacang. Solat Zuhur, tidur lagi...Bosen!!!

Pukul tiga sore suamiku kembali dari kerja. Tunggu Asar hingga setengah empat, trus kami siap-siap berangkat ke Semarang. Jalan kaki sampai ke gang depan, lurus lagi hingga di halte bus. Naik bus kecil [sampai mana...lupa nama tempatnya], dilanjut naik bus tiga perempat headed towards Semarang. Bener-bener. Bus full, bau keringat di sana-sini. Laju biasa [mendekati lemot]. Di tengah perjalanan, kalau gak salah di Demak, kami dioper ke bus besar [Lasem - Semarang]. Full juga! Alhamdulillah, akhirnya kami dapat tempat duduk. Thanks, God!

Kami mencapai Terminal Terboyo pukul setengah tujuh malam. Kami berdua menunggu bus jurusan Solo sambil ngobrol sana-sini tak karuan. Dapat juga, deh! Bandung-Solo. Ini sama juga dengan bus-bus sebelumnya. Sama lemotnya. Masuk tol, baru bus melaju cukup kencang. Enak-enak menikmati udara dan pemandangan Semarang yang hilly di malam hari, tiba-tiba bus berhenti. Ternyata dia mau nampung manusia-manusia operan dari bus sebelumnya yang akan kutumpangi, tapi gak jadi. Untung saja. Bus di depan busku mogok. Yah...full lagi, deh! Dan pukul sepuluh malam lebih, kami sampai di Kota Solo tercinta. 

Aku dan suami naik ojek menuju ke rumah om suamiku yang berprofesi sebagai dokter [kaya'nya juga dosen di UNS]. Kami bermalam di sana. Bangun di pagi hari, bercengkerama sebentar, jeprat-jepret, trus ke Pasar Nonongan, PGS, dan Keraton Solo diantar sepupu suamiku dan pacarnya. What a gr8 day!!!!

Pukul setengah tiga sore. Kami mengakhiri perburuan di Solo. Jam tiga naik bus patas Solo-Semarang. Hujan. Makin sejuk. Setengah tujuh kami sampai di Terboyo. Langsung kami berdua berburu Sinar Mandiri. Dan tiga setengah jam berikutnya kami menginjakkan kaki di rumah tercinta [rumah ortu hehe].

From Rembang with Love, June 3, 2010



Minggu, 30 Mei 2010

Rembang – Jepara – Semarang – Solo – Semarang – Rembang [Part 1]

Dua hari sebelum berangkat ke Jepara, aku sempat berantem dengan suami. Alasannya, dia nggak bisa pulang karena perusahaan tempat dia bekerja mengharuskannya untuk overtime alias lembur pada tanggal 28 Mei 2010 yang tercatat sebagai hari libur nasional [peringatan Waisak bagi umat Buddha] dan pada 29 Mei 2010. Padahal dia uda ngajuin cuti jauh-jauh hari sebelumnya. Yah…emang nasib…disyukuri aja. Hehe…

Mungkin karena ultimatum, bahwa aku akan pergi sendiri hari Sabtu malam [saat dia pulang] jika nanti tanggal 28 dan 29 Mei tak bisa menikmati liburan bersama, akhirnya suamiku memutuskan untuk pulang ke Rembang pada Hari Kamis malam setelah kerja, tanggal 27 Mei 2010, dan akan kembali ke Jepara lagi sebelum cahaya mentari merekah di ufuk timur, bersamaku. Dia membonceng temannya yang juga pulang ke Lasem [satu jalur dengan Rembang] naik motor.

Kira-kira pukul tujuh malam [aku ingat, waktu itu aku masih di rumah Lina, bantu dia nulis etiket undangan, Adzan Isya’ berkumandang], suamiku kirim pesan bahwa dia udah sampai Tayu, tapi sial. Motor yang ditungganginya berdua dengan temannya mogok. Terpaksa mereka berdua nuntun. Maksud hati cari bengkel, tapi nggak ketemu sama sekali. Mana daerah situ super hitam pekat, sepi. Hanya ditingkahi suara binatang malam dan desiran sang bayu. Terakhir suamiku pesan, “Sabar ya, kuku [panggilan untuk “aku”] pasti kembali ke Rembang malam ini. Sory, hp lowbat”. Aku balas pesan itu dengan, “ttdj, mumu sayang [hati-hati di jalan, sayang]”.

Aku pulang dari rumah Lina kurang lebih pukul setengah sembilan malam. Setelah istirahat, aku mandi [makan uda di rumah Lina, sekalian buka puasa]. Lupa pukul berapa aku selesai. Mungkin sekitar pukul sepuluh. Kemudian solat Isya, tiduran sambil tunggu informasi terakhir dari suami. Aku kirim sms ke nomor dia yang lain dengan harapan handphone satunya tetap nyala, tetapi nihil. Tak ada balasan sama sekali [jelas aja, wong not delivered alias pending kok T_T]. Aku telepon kedua nomor hingga berkali-kali. Sama. Nggak nyambung. Aku melirik ke jam tangan yang sengaja aku letakkan di atas keyboard PC dekat pembaringan dan jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sebelumnya aku sempat ketiduran sebentar, menanti dalam kamar mungilku sendiri. Dalam gelap dan gerah. Aku mulai putus asa. Aku takut terjadi apa-apa dengan suamiku. Aku mulai terisak. Menangis di keremangan malam. Semua ini akibat keegoisanku. Ya, aku teramat egois karena telah memaksanya balik ke Rembang dan menghabiskan liburan bersamaku. Aku terus menahan dadaku yang semakin tersengal dan mengusap air mata yang tak berhenti bercucuran. Aku kirim pesan melalui sms ke Lina, menceritakan bahwa suamiku [dia kenal juga dengan suamiku] belum pulang dari tadi. Sedih. Lina membalas. Kebetulan dia belum tidur. Dia mengatakan bahwa sebaiknya aku membaca Surat Al-Fatihah sebanyak tiga kali [kalau bisa tanpa bernafas], memohon pertolongan Allah Yang Maha Agung, agar tidak terjadi hal-hal buruk dengan suamiku. Aku turuti anjuran tersebut.

Tepat pukul dua belas malam, aku mendengar derap sepatu dan pintu depan diketuk. Yess!!!! Suamiku datang dengan selamat. Alhamdulillah, Ya Allah…!!! Aku memeluk suamiku dengan sangat erat dan mencium pipi serta keningnya berkali-kali. “Huhhh, dasarrrrr dodolllll, bikin orang panik aja!!!” Dan dia pun tersenyum walau lelah jelas tertoreh di wajahnya.

Pengikut