Minggu, 07 Februari 2010

Ingat, minyak bumi,batu bara akan habisss, lalu??

Di Kalimantan Barat, listrik padam bukan sesuatu yang baru. Setiap listrik padam, PT PLN Wilayah Kalimantan Barat kebanjiran protes dan kecaman masyarakat. Padamnya listrik tidak hanya karena aktivitas PLN, melainkan masyarakat yang juga boros memakai listrik, bahkan juga listrik mati karena gangguan alam. Padamnya listrik terjadi karena sengaja dan tidak sengaja. Sengaja karena aktivitas PLN, yakni pemeliharaan mesin pembangkit dan saluran udara tegangan. Tidak sengaja akibat gangguan mesin pembangkit, saluran udara tegangan, dan pasokan bahan bakar. Angin kencang, pencurian listrik, tersangkutnya benang layangan, hujan lebat, sambaran petir, gangguan binatang, dan pemborosan pemakaian listrik merupakan beberapa contoh lain penyebab listrik padam.

Secara ideal, listrik tetap menyala kalau permintaan daya listrik bisa dipenuhi. Terpenuhinya permintaan itu bergantung pada jumlah dan kemampuan pembangkit untuk menghasilkan listrik. Listrik sebenarnya sumber energi paling hemat. Di negara-negara maju ada kereta listrik, ada monorel yang digerakkan oleh listrik. Kenapa demikian? Karena untuk membuat sebuah pembangkit tenaga listrik sumber bahan bakarnya tidak selalu harus dari minyak bumi yang tentu saja harganya akan terus naik sekalipun di medium tahun 2009 ini harganya agak turun secara internasional tapi itu tidak akan bertahan lama karena minyak bumi suatu saat pasti habis.

Sementara untuk membangkitkan listrik sumber alternatifnya sangat banyak, seperti angin, panas matahari, gelombang laut, gas bumi, air, batu bara, dan masih banyak lagi yang belum dieksplor secara seksama. Indonesia sebagai salah satu negara dengan kandungan sumber daya alam yang begitu besar seharusnya bisa memanfaatkan peluang dan kesempatan ini, sisanya tergantung seberapa besar keinginan kita (baca: pemerintah Indonesia) untuk mulai melirik dan memperhatikan masalah ini dengan serius, mengingat semua sumber alternatif pembangkit listrik tersebut relatif tersedia di negara kita.

Coba bayangkan jika seandainya setiap wilayah di negara ini (dengan pembagian wilayah yang disesuaikan tentunya) memperoleh listrik dengan kapasitas minimal 5.000 MW maka begitu banyak keuntungan yang bisa kita peroleh. Kereta api tidak akan menggunakan lagi Bahan Bakar Minyak (BBM). Ibu-ibu yang memasak di rumah tidak akan lagi menggunakan gas dan minyak tanah. Kita memiliki angin yang cukup kencang di beberapa wilayah negara ini. Belanda adalah negara yang giat memanfaatkan sumber daya angin mereka untuk menambang listrik, bahkan tercatat Belanda adalah negara yang kebutuhan listriknya di dunia ini sebagian besar dipasok oleh pembangkit listrik tenaga kincir angin. Kita juga memiliki gas bumi dan sumber daya air yang begitu melimpah. Semua pembangkit listrik tersebut adalah pembangkit listrik yang ramah lingkungan.

Alternatif lain yang telah dikembangkan adalah pembangkit listrik tenaga limbah sampah (Biogas). Pembangunan PLTB itu diharapkan pula mampu memberikan solusi terhadap permasalahan sampah selama ini. Upaya tersebut sekaligus pula agar masyarakat terbebas dari hal-hal yang membahayakan lingkungan, terutama akibat limbah sampah yang dapat mengeluarkan gas-gas beracun. Kota Pontianak adalah salah satu kota di Indonesia yang memperoleh proyek Clean Development Mechanism (CDM), suatu mekanisme yang memberikan kesempatan terjadinya jual beli emisi penyebab gas rumah kaca. Mekanisme ini menjadi salah satu upaya mengurangi masalah pemanasan global di negara berkembang yang menjadi bagian Protokol Kyoto dan dibahas dalam United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Nusa Dua, Bali. Melalui CDM, negara berkembang akan mendapatkan keuntungan finansial dari upayanya mengurangi pelepasan gas rumah kaca ke udara karena gas ini akan dibeli oleh negara maju.

Teknologi yang digunakan adalah teknologi landfill. Prosesnya, menjadikan biogas yang didapat dari sampah melalui gas engine dikonservasikan menjadi energi listrik. Mula-mula seluruh sampah ditimbun dengan tanah, lalu lewat pipa yang dipasang di dalamnya, gas methan ditangkap dan digunakan untuk mengeringkan sampah. Dengan demikian tumpukan sampah itu akan mengering. Cairan yang keluar selama proses itu ditampung dan dikelola dalam instalasi khusus atau water treatment supaya tidak menimbulkan pencemaran. Untuk sampah yang baru, prosesnya dipilah dulu. Sampah basah seperti kayu, daun, kertas dicacah dulu, kemudian dimasukkan dalam digester (pengering) yang nantinya menghasilkan biogas dan kompos. Teknologi ini disebut Anaerobic Digestion. Sedangkan sampah kering semacam plastik akan diolah dengan teknologi pirolisis dan gassfication, yakni dengan pemanasan tinggi tanpa oksigen yang menhasilkan gas dan digunakan untuk menggerakkan turbin. Gas methan dari sampah adalah gas yang dinilai paling berbahaya bagi lingkungan, karena kontribusi gas methan terhadap pemanasan global sekitar 21 kali lebih besar daripada CO2 sehingga pengolahan sampah mendapat prioritas dalam upaya mengurangi pemanasan global. Seandainya kontribusi listrik yang dihasilkan sebesar 1 MW, memang tergolong relatif kecil, namun jika disalurkan kepada pelanggan rumah tangga daya tersambung 900 VA (volt ampere) dengan pemakaian rata-rata misalnya 500 kWh (kilo Watt hour) perbulan, diperkirakan dapat memasok kepada sekira 2 ribu pelanggan. Selain turut memberikan kontribusi energi listrik, pembangunan PLTB itu diharapkan pula mampu memberikan solusi terhadap permasalahan sampah selama ini.

Untuk beberapa daerah Kabupaten di kawasan timur Kalimantan Barat mempunyai potensi pengembangan kelistrikan berbahan baku energi non fosil, hal ini dapat terjadi karena di daerah timur tersebut banyak sekali pabrik sawit dan begitu pula limbah cangkangnya. Apabila hasil proses pabrik sawit di lima kabupaten mulai dari Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi dan Kapuas Hulu dikumpulkan limbah cangkangnya dan ditentukan satu lokasi pabriknya, maka tidak menutup kemungkinan masalah listrik di kawasan perhuluan yang selama ini masih mengandalkan diesel akan berganti menjadi listrik alternatif.
Dengan mulai terangkatnya wacana pemanfaatan limbah untuk listrik, maka perlu upaya konkrit dari beberapa elemen terkait guna mewujudkan hal tersebut agar tidak hanya menjadi wacana saja dan upaya tersebut juga perlu dukungan beberapa daerah yang rencananya akan menjadi bagian pendukung terwujudnya listrik dari limbah tersebut. Entah sampai kapan krisis listrik ini akan segera berakhir. Kita semua tentunya berharap tahun 2010 kedepan, Dirut PLN yang baru (Dahlan Iskan) dapat segera mengambil langkah-langkah efektif guna menangani krisis listrik bila tidak ingin kehidupan ekonomi bangsa ini akan semakin terperosok.

Disadur dari Mahasiswa MST UGM Konsentrasi Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Sampah Limbah Perkotaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut